MENGAPA HARUS BERTAHAN PADAHAL TIDAK BAHAGIA ?
Selalu saja ada konflik yang akan menghiasi
setiap pernikahan.. Bahkan konflik yang terus menerus tak jarang membuat
hubungan semakin membaik.
Banyak pasangan bertahan
dalam hubungan yang buruk karena telanjur nyaman atau berharap hubungan mereka
akan membaik dan kembali membahagiakan cepat atau lambat. Namun realitanya,
keadaan justru kian memburuk dan sama sekali tidak ada tanda-tanda perubahan.
Lalu apa solusinya jika hubungan terus
memburuk? Apakah harus bercerai? Jawabannya TIDAK!
Ya tidak selalu hubungan
yang buruk harus berakhir dengan perceraian. Beberapa pasangan memilih tetap
bertahan.
Semua hubungan yang sukses membutuhkan usaha yang keras dan seimbang dari kamu dan pasangan. Setiap kali masalah muncul, kamu dan pasangan wajib menyelesaikannya bersama-sama. Baik dengan pengorbanan, kompromi, komunikasi, dan lain sebagainya. Namun, bagaimana caranya kamu bisa tahu bahwa pengorbanan, kompromi, serta segala jenis usaha lainnya sudah tidak berguna lagi? Bagaimana cara untuk yakin bahwa kamu tidak punya pilihan lain kecuali meninggalkan hubungan demi kebaikan kalian berdua?
Ada beberapa hal yang membuat orang - orang bertahan dalam situasi yang menyulitkan, antara lain :
TAKUT KESENDIRIAN
Pasangan yang bertahan dalam pernikahan yang buruk mengakui,
mengakhiri pernikahan berarti mengakhiri hubungan yang telah terjalin sekian
lama. Itu berarti mereka harus mulai hidup sendiri.
Kesendirian bagi sebagian orang memang cukup menakutkan.
Sementara untuk memulai hubungan baru, mereka khawatir tidak akan lebih baik
dari sebelumnya. Perasaan seperti ini cukup mempengaruhi seseorang untuk
bertahan dalam pernikahan, sekalipun penuh konflik.
ANAK - ANAK
Banyak pasangan yang batal bercerai karena alasan anak-anak.
Mereka tak ingin anak-anaknya kehilangan kasih sayang kedua orangtuanya,
kehilangan salah satu figur orangtua dan kehilangan perhatian dari orangtua
yang lengkap. Mereka juga tak ingin kalau kandasnya hubungan pernikahan menjadi
contoh yang buruk bagi anak-anak.
EKONOMI
Bagi ibu rumah tangga yang tak bekerja, perceraian menjadi hal
yang menakutkan secara ekonomi. Apalagi jika selama ini pasangannya cukup
secara materi. Mereka cemas jika tak dapat menjalani kehidupan secara layak
jika harus berpisah dari pasangannya yang mapan. Akibatnya mereka memilih
bertahan daripada hidup tak pasti.
KOMITMEN
Pernikahan memang sebuah
komitmen yang kuat dan sakral di antara dua orang berlainan jenis. Dan banyak
pasangan yang tidak berani melanggar komitmen tersebut, sekalipun pernikahan
tak berlangsung mulus.
STATUS SOSIAL
Tentu kita paham sekali mengenai status sosial masyarakat kita
yang begitu naïf menilai status sosial seorang single moms. Terkadang sanksi
sosial di masyarakat kita begitu kejam. Sebagian menganggap perempuan yang
menjanda identik dengan hal negatif. Suka mengganggu suami orang, kegenitan,
adalah sebagian label yang kerap ditujukan pada single moms.
Akhirnya wanita memilih bertahan demi menghindari cap negatif dari masyarakat.
Dan tentu saja pernikahan tetap berlangusng sekalipun tak harmonis.
MENJAGA PERASAAN ORANG TUA
Alasan menjaga perasaan orang tua juga memberatkan seseorang
untuk mengakhiri pernikahannya. Mereka tak ingin orangtua mereka terbebani
pikirannya akibat perceraian anaknya. Sehingga apapun alasannya mereka memilih
bertahan untuk menjaga perasaan orangtua dan mungkin keluarga besar.
MENGHINDARI HAL YANG RUMIT
Menghindari situasi yang rumit juga menjadi salah satu alasan
pasangan bertahan pada pernikahan yang buruk. Berbagai aturan, syarat, dan
ketentuan lain untuk mengurus perceraian yang rumit pun dihindari oleh banyak
pasangan. Akhirnya mereka memilih bertahan sekalipun merasa tidak nyaman dengan
pernikahannya.
STIGMA NEGATIF PERCERAIAN
Banyak yang menganggap perceraian adalah sebuah kegagalan.
Stigma ini akhirnya membuat pasangan enggan bercerai meskipun kehidupan rumah tangga mereka sangat buruk.
SUDAH TERBIASA BERSAMA
Sebagian pasangan mengakui bahwa kebiasaan hidup bersama membuat
mereka enggan berpisah sekalipun kehidupan pernikahan diwarnai keributan. Mereka
menganggap perpisahan akan membuat mereka kehilangan satu sama lain yang
berarti tak akan membuat masalah selesai. Belum lagi kebersamaan dengan
anak-anak yang semakin memberatkan. Akibatnya bertahan menjadi pilihan mereka.
MASIH CINTA
Banyak pasangan yang seringkali bertengkar sekalipun saling
mencintai. Bahkan tak jarang pertengkaran itu berlangsung cukup hebat. Tapi
dengan alasan masih cinta mereka akan memilih mempertahankan hubungan. Bener ya, batas cinta dan benci itu sangat
tipis!
****
****
‘’Pernikahan yang masih bisa diselamatkan memang tidak sebaiknya diakhiri dengan perceraian. Namun jika pernikahan bertahan hanya demi status, sementara batin tersiksa, mungkin Kamu harus berani mengambil keputusan terberat dalam hidup untuk bercerai. Tapi pikirkan baik-baik ya, Apapun keputusan finalnya, kamu harus bersiap dengan segala resikonya’’.
*Fyi...Cerita ini benar - benar terjadi di sekeliling saya, mereka bertahan karena alasan seperti diatas.
Buat temen - temen yang juga mau sharing boleh kok, siapa tau kita mengalami hal yang sama atau paling tidak cerita kalian bisa menjadi motivasi buat mereka - mereka diluaran sana yang merasakan juga.
Komentar
Posting Komentar